kebudayaan islam nusantara



pendahuluan
Dalam perkembangan islam di nusantara para da'i,sufi,kiyayi,dan penyebar agama islam lainnya menyebarkan islam tidak hanya melalui dakwah,ceramah,kotbah dan lain sebagainya tetapi juga menggunakan budaya/tradisi yang tumbuh di kehidupan masyarakat karena hal tersebut merupakan sendi kehidupan masyarakat yang efektif untuk menyebarkan agama islam.Dan dibawah ini adalah tradisi yang dibawa oleh penyebar agama islam di nusantara sebagai media penyebaran agama islam:
1.wayang
    Pada zaman dahulu, wayang merupakan kesenian yang sangat populer. Pada masa pemerintahan raja - raja di Jawa, wayang dipakai sebagai sarana hiburan bagi rakyat.
 Raja-raja Jawa pada saat itu menempatkan wayang sebagai kesenian yang mempunyai nilai kreasi tinggi. Dalam beberapa hal, para raja mengambil bagian - bagian dari wayang yang dipakai sebagai lambang keluhuran. Para raja mengambil bagian dari kesenian wayang  yang berupa tari - tarian sebagai simbol keagungan kerajaan. Semua putri raja diajar agar dapat menari dengan indah, Bahkan beberapa raja menciptakan tarian baru untuk menunjukkan betapa tinggi jiwa seninya. Biasanya tarian ciptaan raja ini hanya ditarikan pada acara penting, misalnya menyambut tamu agung, memperingati hari ulang tahun raja, memperingati hari Jumenengan ( hari penobatan sebagai raja ), dan lain-lain.
 Saat Wali Songo ( wali sembilan / sembilan sunan ) menyebarkan agama islam di jawa, ada seorang wali, yaitu Sunan Kalijaga, menggunakan wayang guna menyebarkan ajaran islam. Dengan wayang kulit, Sunan Kalijaga berharap pesan - pesannya dapat dengan mudah diterima masyarakat yang saat itu sangat menyenangi wayang.
Dan wayang-wayang yang digunakan antara lain:
   1.Wayang Wong ( Wayang Orang ), adalah kesenian wayang yang tokoh-tokohnya diperankan oleh manusia
Diatas contoh  gambar  wayang wong

2. Wayang Kulit, adalah wayang yang tokoh-tokohnya terbuat dari bahan kulit. Konon asal - usul wayang kulit ini ada dua pendapat. Yang pertama, wayang kulit berasal dan lahir pertama kali di pulau jawa tepatnya di Jawa timur.pendapat yang Kedua menduga wayang berasal dari India yang dibawa bersama agama Hindu Ke Indonesia.
       Contoh gambar pertunjukan wayang kulit di jawa tengah



3. Wayang Golek, adalah wayang yang tokoh-tokohnya terbuat dari boneka kayu tiga dimensi. Wayang golek merupakan wayang yang hidup terutama di daerah Pasundan, Jawa Barat.
      Contoh gambar pertunjukan wayang Golek



4. Wayang Klithik, adalah wayang yang terbuat dari kayu berbentuk pipih seperti wayang kulit. kesenian wayang klithik diciptakan pada abad 17. menurut cerita yang klithik ini pertama kali diciptakan oleh Pangeran Pekik, Adipati Surabaya.

 
          contoh wayang klithik gambar atas



2.Qasidah                    
Kasidah (qasidah, qasida; bahasa Arab: "قصيدة", bahasa Persia: قصیده atau چكامه dibaca: chakameh) adalah bentuk syair epik kesusastraan Arab yang dinyanyikan. Penyanyi menyanyikan lirik berisi puji-pujian (dakwah keagamaan dan satire) untuk kaum muslim.
Kasidah adalah seni suara yang bernapaskan Islam, di mana lagu-lagunya banyak mengandung unsur-unsur dakwah Islamiyah dan nasihat-nasihat baik sesuai ajaran Islam. Biasanya lagu-lagu itu dinyanyikan dengan irama penuh kegembiraan yang hampir menyerupai irama-irama Timur Tengah dengan diiringi rebana, yaitu sejenis alat tradisional yang terbuat dari kayu, dibuat dalam bentuk lingkaran yang dilobangi pada bagian tengahnya kemudian di tempat yang dilobangi itu di tempel kulit binatang yang telah dibersihkan bulu-bulunya.
Awalnya rebana berfungsi sebagai instrument dalam menyayikan lagu-lagu keagamaan berupa pujian-pujian terhadap Allah swt dan rasul-rasul-Nya, salawat, syair-syair Arab, dan lain lain. Oleh karena itulah ia disebut rebana yang berasal dari kata rabbana, artinya wahai Tuhan kami (suatu doa dan pujian terhadap Tuhan)
 



  Contoh gambar ayat puisi qasidah dan artinya
 


diatas contoh pertunjukan Qasidah/rebana




3.Hadrah
Definisi  Seni Hadrah
Seni hadrah (rudat) merupakan salah satu kesenian tradisi di kalangan umat Islam. Kesenian ini berkembang seiring dengan tradisi memperingati Maulid Nabi di kalangan umat islam. Kesenian ini menggunakan syair berbahasa Arab yang bersumber dari kitab Al-Barzanji, sebuah kitab sastra yang terkenal di kalangan umat islam yang menceritakan sifat-sifat Nabi dan keteladanan akhlaknya. ”Dulu seni hadrah berkembang dengan pesat di kalangan pesantren-pesantren. Sekarang di ISHARI cabang Malang ada 18 kelompok yang tercatat dan semuanya masih tetap eksis. Selama Maulid pun banyak undangan yang kami dapatkan. Hampir selama 40 hari banyak undangan yang kami terima,” kata Ketua ISHARI cabang Malang, KH. Ahmad Suyuti.
Dari seluruh Jawa Timur, seni hadrah di Malang raya yang paling sedikit dari daerah lainnya. Kalau di daerah lainnya banyak bermunculan kelompok-kelompok seni hadrah, di Malang perkembangannya tidak seperti di daerah lain. Ia mencontohkan seperti di Gresik yang memiliki anggota mencapai 2000 orang lebih. Satu kelompok seni hadrah biasanya mencapai 50 orang. Di Malang perkembangan saat ini sudah lebih baik dari sebelumnya. Jika beberapa tahun lalu, jumlah grup  seni hadrah hanya 11 kelompok, sekarang sudah berkembang menjadi 18 kelompok yang tersebar di Malang Raya. Jumlah ini tentunya masih kalah jauh dibandingkan dengan kelompok terbangan Al-Banjari atau Terbang Jidor yang sama-sama membaca dan melantunkan shalawat Nabi. Tarian yang dilakukan para rodat pun memiliki filosifi tersendiri. Tidak hanya asal menari. Nama rodat berasal dari Bahasa Arab dari kata Rodda yang artinya bolak-balik. Para penari itu memang selalu bolak-balik dalam menggerakan tangan, badan serta anggota tubuh lainnya.
Gerakannya pun disandarkan pada kisah penyambutan Kanjeng Nabi saat berhijrah ke Madinah. Saking gembiranya dengan kedatangan nabi ke Madinah, kaum Ansor berdesak-berdesak menyambut kedatangan Nabi. Berdesak-desakan itu tercermin dalam barisan yang rapat para rodat saat menggerakan tubuhnya. Tepukan tangan para rodatpun disandarkan para kegembiraan kaum Ansor yang menyambut kedatangan Nabi di Madinah, tepuk tangan dilakukan para perempuan yang lokasinya cukup jauh dari penyambutan Nabi Saw.
 
contoh gambar pertunjukan kesenian hadrah yang memiliki 2 corak yaitu kesenian tari dan               kesenian suara/music

4.sekaten
Di Yogyakarta, terdapat sebuah tradisi adat yang dikenal dengan Sekaten. Sekaten biasanya juga dikenal dengan Pasar Malam Sekaten. Ini disebabkan karena sebelum upacara Sekaten digelar, selalu diadakan pasar malam yang berlangsung satu bulan penuh. Tradisi Sekaten ini sudah dilakukan sejak abad 16 Tradisi ini diadakan setahun sekali yakni di bulan Maulud atau bulan ketiga dalam perhitungan kalender Jawa. Lokasi yang digunakan untuk menggelar acara Sekaten ini adalah di pelataran alun-alun utara Yogykarta.

Istilah Sekaten sendiri berkembang dari beberapa versi. Beberapa pendapat mengatakan bahwa istilah ini diambil dari nama perangkat pusaka Kraton Yogyakarta. Pusaka tersebut berupa gamelan bernama Kanjeng Kyai Sekati. Gamelan ini selalu digunakan dalam acara Maulud Nabi Muhammad. Sementara itu, pendapat lain ada mengungkapkan bahwa Sekaten disadur dari kata suka yang berarti senang dan ati yang berarti hati sehingga dapat diartikan sebagai senang hati. Ini disebabkan karena orang-orang yang menyambut perayaan Maulud sedang berbahagia dan bersyukur dalam perayaan tersebut.
Tradisi Sekaten dipercaya sebagai perpaduan antara seni dan dakwah. Pada saat agama Islam mulai masuk ke Jawa, Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu anggota Wali Songo menggunakan kesenian gamelan (alat musik tradisional Jawa) untuk menarik masyarakat agar datang menikmati pagelaran tersebut. Kesenian tersebut menggunakan gamelan yang dinamai Kyai Kanjeng Sekati. Kesenian ini tidak hanya menampilkan pertunjukkan gamelan saja tetapi juga dilakukan pembacaan ayat Al-Qur’an dan khotbah di tengah-tengah acara. Bagi masyarakat yang ingin masuk Islam, mereka wajib mengucapkan Syahadat yang menunjukkan ketaatan terhadap ajaran agama. Bagi masyarakat Yogyakarta, muncul kepercayaan bahwa orang-orang merayakan kelahiran Nabi Muhammad akan mendapatkan pahala dan awet muda.Namun sebagai persyaratan, mereka wajib mengunyah sirih di depan Masjid Agung, khususnya pada saat hari pertama Sekaten dimulai.
Oleh sebab itu, selama Sekaten banyak sekali orang yang berjualan sirih lengkap ramuan lainnya. Selain itu ada pula penjual-penjual nasi gurih dan lauk pauknya di depan Masjid Agung atau halaman Kemandungan, Alun-Alun Utara. Dalam perayaan ini para petani biasanya juga memohon agar panennya berhasil. Untuk memperkuat tekadnya, mereka juga membeli cambuk dari para penjual yang berjualan di sini.
Sebelum Sekaten dimulai, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan terlebih dahulu. Persiapan tersebut meliputi fisik dan persiapan batin. Persiapan fisik antara lain adalah alat-alat dan perlengkapan yang akan digunakan untuk upacara Sekaten yakni Gendhing Sekaten, Gamelan Sekaten, bunga kanthil, sejumlah uang logam, samir niyaga, busana seragam, dan naskah riwayat Maulud.
Gamelan yang digunakan untuk Sekaten merupakan benda pusaka milik Kraton yang bernama Kyai Kanjeng Sekati dalam 2 rancak, Kyai Kanjeng Guntur Madu, dan Kyai Kanjeng Nogowilogo. Gamelan Sekaten ini dibuat langsung oleh Sunan Giri. Alat pemukulnya terbuat dari tanduk kerbau atau tanduk lembu. Pemukulnya harus diangkat sampai setinggi dahi sebelum dipukulkan pada gamelan. Sementara itu, Gendhing Sekaten merupakan serangkaian gendhing atau lagu yang akan digunakan antara lain Rangkung pathet lima, Rambu pathet lima, Rendheng pathet lima, Gliyung pathet nem, Atur-atur pathet nem, Lunggadhung pelog pathet lima, dll.
Pada persiapan batin, abdi dalem yang akan terlibat dalam Tradisi Sekaten harus menyiapkan batin dan mental untuk menjalankan amanat tersebut. Para abdi yang ditugaskan untuk memukul gamelan harus menyucikan diri dengan melakukan siram jamas dan berpuasa. Perayaan Sekaten mulai tanggal 6 Maulud ketika Kyai Kanjeng Sekati diboyong dari persemayamannya. Kyai Kanjeng Nogowilogo dipindahkan ke Bangsal Trajumas sednagkan Kyai Kanjeng Guntur Madu diletakkan ke Bangsal Srimanganti. Pada tanggal 11 Maulud, Sri Sultan datang ke Masjid Agung untuk mengikuti upacara Maulud Nabi Muhammad SAW. Setelah upacara selesai, perangkat gamelan Sekaten dibawa kembali ke Kraton. Pemindahan ini sekaligus menjadi tanda berakhirnya upacara Sekaten.
  


              Contoh gambar upacara tradisi sekatan di jawa tengah





Comments

Popular posts from this blog

CARA MEMBUAT PISTOL GAS SEDERHANA YANG MEMATIKAN

cara membuat flamethrower atau penyembur api

Masuk SMA Pilih Jurusan Bahasa-Apa Manfaatnya?